Monday, February 23, 2015

Giok Aceh menembus pasar jepang




GiokGayo ternyata tak kalah hebatnya dengan asal batu Giok yang mendunia asal China. Mungkin  selama ini banyak orang tidak tahu, kalau bumi Gayo ternyata menyimpan banyak kekayaan yang tak ternilai harganya.
Salah satunya yakni batu giok. Ternyata batu giok asal ‘neggri antara’ ini memiliki kadar batu mulia yang tinggi. Bahkan bisa disetarakan dengan batu mulia yang bernilai tinggi seperti intan atau permata.
Hal ini diakui langsung oleh pemuru batu alam asal Aceh Tengah yang kini berkiprah di Banda Aceh, yakni Wen Syukur. Dimana menurutnya batu giok asal Gayo memiliki kadar kekerasan Moh’s yang sangat tinggi.
“Batu giok Gayo yang sudah saya uji kekerasan di laboratorium di Jakarta memiliki kadar kekerasan mencapai 7,3 Skala Moh’s,” ujar Wen Syukur saat dijumpai Lintas Gayo di lokasi pameran batu alam se Aceh di Taman Sari Banda Aceh, Kamis (8/3/12).
Batu giok yang memiliki kadar kekerasan 7,2 Skala Moh’s ini yakni batu giok minyak atau air tebu. Batu tersebut diperolehnya dari Lumut, Isaq Aceh Tengah. Satu bongkah batu non olahan bisa dijual dengan harga Rp4 juta.
Batu giok terbaik di Aceh Tengah memiliki kualitas nomor dua di dunia, dimana Batu Kelas I, Nilai Keras antara 8 sampai 10,  Batu kelas II, Nilai Keras antara 7 samapi 8 dan  Batu Kelas III yakni batu kelas ini tergolong jenis batu mulia dan batu mulia tanggung, nilai kerasnya kira-kira 7, sebagian besar terdiri dari asam kersik (kiezelzuur), keculai pirus (tuquois)
Menurunya, batu giok asal Gayo atau Aceh Tengah khususnya banyak  dicari para pemain dan pecinta batu kelas dunia.Bahkan, batu giok asal Gayo pangsa pasarnya sudah sampai ke Singapura dan Jepang.
Hanya saja, menurut Wen bebatuan asal Gayo kurang mendapat promosi dan hanya orang-orang pemain dan pencinta batu yang tahu saja terus berburu batu giok asal  Gayo ini. Ironisnya, pemerintah daerah seperti memandang sebelah mata akan bebatuan ini, pemerintah hanya peduli dengan kayu (grupel).
Padahal, jika bebatuan alam asal Gayo ini mendapat perhatian, bisa menjadi sumber Pendapatan Asli  Daerah (PAD).  Sehingga tak mengherankan para pemain batu di Aceh Tengah kini telah mati suri.
Saat ini, lanjut bapak dua anak ini, dari 25 pemain batu  di Aceh Tengah kini yang masih hidup hanya 4-5 orang saja. Selebihnya telah gulung tikar karena tak ada perhatian dari pemerintah setempat. Namun para pemain batu yang telah mati suri ini masih menyimpan koleksi bebatuan alam kualitas terbaik dirumah mereka masing-masing.
Jenis bebetuan giok ini, di Aceh Tengah dan Bener Meriah paling banyak terdapat di   Isaq, Reket Gaib, Kala Ile, wak, Kalampu, Lumut, bergang, Digul, Serule, Angkup, Toweren, Bintang dan perbatasan Betong.
Pernyataan Wen Syukur tersebut di benarkan Ketua Gabungan pecinta Batu Alam Aceh (GaPBA) Narsul Sufi. Dimana menurut Nasrul batu alam Aceh ini hampir tersebar di seluruh wilayah Aceh. Masing-masing daerah memiliki batu yang mempunyai ke khasan tersendiri. Hal ini dikarenakan letak geografis dan kondisi alam Aceh yang berbeda-beda antara satu dengan daerah yang lainnya.
Batu alam Aceh ini juga kini menjadi incaran warga asing itu diantaranya Kecubung Wulung, Panca Warna Sulaiman, Badar Besi, Yakut, Giok dan Batu Lumut. Harga batu alam ini berkisar antara Rp300 ribu hingga jutaan bahkan, batu untuk kualitas terbaik harganya mencapai Rp10 Juta.
Sedangkan, untuk warga lokal Aceh dan Indonesia secara umum, menurut Nasrul mereka lebih suka dengan batu jenis yacut merah, sulaiman kurung, terong, amethis, giok Aceh, guliga, merah delima dan safir  kampung pande Banda Aceh.

No comments:

Post a Comment