July 10, 2008 by ventus
Batu
Mulia dan Batu Akik merupakan salah satu unsur perhiasan yang terkadang
menjadi domain dalam setiap jenis dan pernik dari perhiasan yang berupa
gelang, cincin, giwang, dan kalung. Sudah menjadi sesuatu yang biasa
bila rakyat biasa, baik petani, pelajar, sampai pejabat di Indonesia ini
memakai perhiasan yang mengikutkan unsur Batu Mulia dan Batu Akik. Tapi
rupanya para Presiden Republik Indonesia dan para pejabat pemerintah
lainnya juga gemar menggunakan Batu Mulia dan Batu Akik dalam agenda
kegiatan kesehariannya. Ada sesuatu yang cukup unik bila kita memiliki
waktu luang untuk memikirkan dan membayangkannya. Seorang Presiden yang
pasti diliputi kesibukan yang sangat luar biasa, masih menyempatkan diri
untuk menggunakan Batu Mulia dan Batu Akik yang melingkar dijari kiri
atau sebelah kanan sebagai pelengkap penampilan sehari-hari.
Yang menjadi pertanyaan
adalah hanya sekedar pelengkap penampilan, atau ada “sesuatu” dibalik
batu Cincin yang dikenakan oleh Para Presiden kita? Coba kita tengok
penampilan dari Presiden RI pertama, yaitu Soekarno. Menurut infonya
beliau memiliki beberapa koleksi Batu Mulia dan Batu Akik, dan mungkin
sekarang masih tersimpan rapi di Blitar. Kemudian Presiden RI kedua
yaitu Soeharto. Presiden yang berkuasa 32 th ini rupanya juga mengenakan
cincin yang melingkar di jari manisnya, Habibie, sebagai seorang
scientist yang juga cendikiawan serta pakar teknologi tak luput dari
kelengkapan penampilan dengan cincin Batu Mulia yang melingkar apik di
jari manis sebelah kanan.
Kita
tengok juga penampilan Mantan Presiden Gusdur, Megawati, dan Presiden
kini yang terpilih yaitu SBY. Semua pemimpin Negara Indonesia ternyata
menggunakan Batu Mulia dan Batu Akik dalam penampilan sehari-hari. Belum
lagi para Wakil Presiden seperti Adam Malik, Umar W, Hamzah Haz, serta
para calon presiden, seperti Agum Gumelar, dan Wiranto. Kembali kita
bertanya, ada apa dengan Batu Mulia dan Batu Akik yang ternyata tidak
hanya memiliki tempat di hati rakyat, tapi juga para pemimpinnya.
Mitos seputar Batu Mulia dan Batu Akik di lingkaran Pemimpin
Sudah menjadi berita
umum, bahwa yang namanya Batu Mulia atau Batu Akik tidak hanya
dipergunakan sebagai perhiasan, tapi juga memiliki suatu aura tertentu
yang dapat mempengaruhi si pemakai saat berhadapan dengan khalayak
ramai.. Maka dengan sekilas analisis singkat tersebut, maka cukup
beralasan para pemimpin Indonesia juga senang dan berkenan memakai Batu
Mulia dan Batu Akik menjadi bagian dari penampilan sehari-hari.
Negara Indonesia ini
cukup unik, dan hal ini tidak lepas dari perjalanan sejarah Indonesia
sejak jaman Pra Sejarah – Jaman Kerajaan – sampai dengan Jaman Reformasi
seperti sekarang ini. Sejak jaman dulu yang namanya Indonesia memiliki
cerita-cerita panjang tentang hal-hal yang bersifat supranatural,
tengoklah Keris Mpu Sendok, Tombak Kiai Plered, dan sebagainya. Rupanya
hal-hal supranatural itu tidak bisa lepas dari aktivitas beberapa elemen
aktivitas walaupun tidak sepenuhnya hal itu diyakini.
Selain dari khasiat dan
mitos yang menyertainya, pastilah para pemimpin tentu saja memiliki
strata ekonomi yang berada di level 1, tak heran bila cincin yang
dikenakan oleh para pemimpin kita pasti bukan sembarang cincin dan yang
jelas harganya sangat mahal. Bayangkan , Batu permata jenis kelas satu
seperti mirah delima (ruby) atau safir (blue saphhire)
yang kualitasnya bagus, harganya tidak akan kurang dari US $ 200 per
karat. Ukuran mata cincin yang dipakai pada umumnya tidak kurang dari 10
karat . Jadi minimal aksesoris tersebut berharga $2000 atau ekuivalen Rp.14.000.000.
Ini belum termasuk tatahan berlian, dan logam yang digunakan untuk
pengikatnya (biasanya emas putih, atau emas). Ditambah lagi fakta bahwa,
harga suatu batu permata tidak hanya bergantung dari kualitas standard
(warna, cacat, clarity ), tapi juga tergantung pada hal-hal yag sifatnya
sangat-sangat subyektif, misalnya : “star” yaitu pola bintang pada
pemantulan cahaya natural, pola “urat” batuan yang terkadang secara
alamiah membentuk “gambar” tertentu , kepercayaan pemakai terhadap
“khasiat” batu permata tersebut dstnya. Bisa jadi ini mungkin sisa-sisa
kultur dinamisme yang masih eksis dimasyarakat kita Hebatnya, justru
karena unsur-unsur subyektif ini, harga batu permata bisa berlipat-lipat
dari harga yang ditaksir secara “standard”. Tidak heran bila ada
seseorang yang “gila” terhadap batu permata tertentu, berani membayar
milyaran rupiah terhadap batu permata yang disukainya. Walaupun secara
“standard” harga, batu permata tersebut mungkin harganya”cuma” puluhan
juta misalnya.
Pada
saat Presiden Soeharto berkuasa, sudah menjadi rahasia umum, bahwa
Soeharto adalah seorang yang percaya terhadap kekekuatan-kekuatan
Supranatural. Ini direpresentasikan lewat adanya beberapa penasehat
“spiritual” yang kebanyakan adalah “dukun-dukun” kejawen. Orang yang
percaya pada kekekuatan Supranatural , umumnya juga percaya bahwa cincin
batu “tertentu” akan punya “khasiat” tertentu. Yang jelas sewaktu
Soeharto berkuasa, cincin mirah delima yang sering dipakai dijarinya
adalah batu permata dengan kualitas kelas satu yang harganya jelas
mahal. Karena bagi seorang nomor 1 di Indonesia tidak akan memakai
barang sembarangan terkait harga apalagi kekuatan yang meliputinya.
Menjelang
kepulangan Mantan Presiden Soeharto beberapa waktu lalu, beredar
informasi bahwa Kyai Enung, nama aslinya Nurjaya, ahli spiritual dari
Desa Panimbang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Dia meminta
anak-anak Soeharto untuk mencari dan menemukan guru spiritual yang
memberikan batu akik Ki Alip Cukur kepada Soeharto. Jika guru itu sudah
meninggal, harus dicari pewaris ilmu sang guru.
”Kasihan
beliau. Secara medis, seharusnya beliau sudah berpulang ke Rahmatullah
(meninggal – red). Tetapi kepulangannya itu terhalangi batu akik yang
telah menyatu dengan beliau. Batu akik ini harus dicabut oleh yang
memasangnya atau pewaris ilmu guru tersebut,” demikian Kyai Enung
menganalisis.Menurut penerawangannya, Soeharto punya sejumlah guru
spiritual, namun yang paling berpengaruh pada kondisi kesehatannya
adalah batu akik Ki Alip Cukur yang konon berwarna hitam. ”Batu ini
diperoleh dari seorang guru spiritual di Jombang, Jawa Timur. Cobalah
cari ke sana. Memang perkataan saya ini irasional, tetapi lebih baik
anak-anak Pak Harto mencobanya seraya mengikhlaskan kepergian beliau,”
katanya.
Dia
memperkirakan Soeharto tidak memegang Batara Karang yang berpengaruh
seperti mampu membuat segan pihak lawan atau orang-orang di sekitarnya
dan ampuh untuk menghindari ”serangan-serangan gaib”. Batara Karang juga
mempunyai ciri pemegangnya sulit meninggal, jika tidak dilepas oleh
gurunya.
Batu
akik yang dikenal dengan nama Ki Alip Cukur ini bisa dipakai sebagai
perhiasan di cincin. Tetapi paling ampuh jika batu akik ini dijadikan
bahan sebagai susuk yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Karena
digunakan bertahun-tahun, batu tersebut akhirnya menyatu dengan tubuh
yang bersangkutan. Benar atau tidaknya Wallahu’alam.
Dikesempatan
lain, coba perhatikan dijari Gus Dur kini ada satu cincin berwarna
hijau (mungkin Zamrud) sewarna dengan Organisasi yang mengusung beliau
menjadi Presiden yaitu PKB. Sedangkan Ibu Megawati cenderung menggunakan
batu Cincin yang berwarna hitam (bisa jadi safir hitam).
Terlepas
dari apa “khasiat” supernatural cincin Soeharto, Habibie, Gus Dur, Ibu
Mega, sampai dengan SBY, dan sederet pejabat papan atas lainnya, yang
jelas bagi saya batu permata sendiri cuma sekedar ikatan kimia antara
beberapa elemen mineral batuan dan beberapa elemen logam, yang tersusun
dalam struktur tertentu. Sedangkan ada tidaknya peran penting Batu Mulia
terkait dengan kewibawaan dan kebijaksanaan beliau, Wallahu’alam. Semua
kekuatan berasal dari Allah Ta’alaa dan kembali kepada Allah Ta’alaa….
No comments:
Post a Comment